Selasa, 29 September 2015

Biografi: Mohammad Hoesni Thamrin

 Mohammad Hoesni Thamrin


     Lahir di Sawah Besar, Jakarta 16 Februari 1894. Pendidikan Institut Bosch (Sekolah Dasar Swasta Belanda), Koning willem III.

     Tahun 1905 didirikan Dewan Kota Betawi. Persahabatannya dengan Daan Van der Zee seorang Sosialis anggota Dewan Kota, inilah yang menyebabkan Thamrin tertarik pada masalah kemasyarakatan. Ia menyadari buruknya keadaan sosial masyarakat Betawi waktu itu dimana perkampungannya banyak yang becek dan kotor.

     Tanggal 27 Oktober 1919 Thamrin menghadiri sidang Dewan Kota Betawi untuk pertama kali sebagai anggauta. Ia berpidato yang isinya menuntut kepada Pemerintah supaya segera memperbaiki kampung-kampung di Jakarta. Pidatonya mendapat tanggapan baik dan pembenahan di perkampungan dilakukan dan pembuatan "Kanal Ciliwung" Wow, Kanal Ciliwung pembangunannya mempunyai hubungan dengan Thamrin kala itu rupanya.

     Tanggal 1 Januari 1923 didirikan Organisasi "Kaum Betawi" yang bertugas memajukan perdagangan, pendidikan dan kesehatan masyarakat. Di bawah kepemimpinannya organisasi ini berkembang pesat.

     Tahun 1929, ia terpilih satu dari empat pembantu walikota. Tahun 1927, ia menjadi anggauta Volkstraad. Pidato Thamrin dalam Volkstraad tentang Ponale Sanctie, semacam hukuman yang dikenakan pengusaha perkebunan Belanda pada para kuli yang dianggap salah atau menyalahi kontak-kontraknya. Para kuli ini dicambuk seperti hewan.

     Pidato Thamrin mendapat tanggapan luas baik di dalam negri maupun di luar negri, terutama di Eropa dan AS. Di Amerika kemudian timbul kampanye untuk tidak membeli tembakau Deli selama Ponase Sactie tidak dihapuskan. Akhirnya Pemerintah Belanda pun menghapuskan Poenale Santie.

     Tahun 1932 dibentuk VIA (Perhimpunan Kaum Akademisi Indonesia), dan Thamrin menjadi anggautanya. Dalam konggresnya yang dihadiri tokoh luar negri. Thamrin menganjurkan pada redaktur dua koran Jepang untuk menulis dalam surat kabarnyanya agar Jepang tidak membeli gula dari Indonesia karena buruh perkebunan tebu di Indonesia mendapat perlakuan kejam oleh pihak pengusaha. Anjuran ini membuat heboh di kalangan pejabat Pemerintah Belanda dan Thamrin pun kemudian mendapat peringatan keras.


     Tahun 1939 Thamrin mengajukan mosi dalam Volksraad agar pemerintah menggunakan kata Indonesia dan Indonesier sebagai pengganti kata Nederlands Indie. Bukan itu saja dalam pidatonya ia juga menuntut "Indonesia Berparlemen". Pemerintah menolak usul itu dengan alasan bahwa pembicaraan tentang pemerintah dalam hubungan dengan usul itu tidak diadakan.

     Pemerintah Hindia Belanda menganggab Thamrin sudah cukup berbahaya sehingga tanggal 6 Januari 1941, ia dikenakan tahanan rumah. Tanggal 11 Januari 1941 ia meninggal dunia. Masyarakat Jakarta mengenang jasa-jasa Thamrin sepanjang masa dan memberinya nama kesayangan yaitu Abang Betawi. Cita-citanya untuk kepentingan rakyat sehat diteruskan oleh proyek M.H Thamrin. Sebagai penghormatan terhadap jasa-jasanya, pemerintah menganugerahi Gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Karier Mohammad Hoesni Thamrin

     Pada tahun  1929  telah  terjadi  suatu  insiden  penting  di dalam  Gemeenteraad,  yaitu  yang menyangkut  pengisiari  lowongan jabatan  wakil walikota Betawi (Batavia). Tindakan pemerintah kolonial  ketika  itu  memang  sangat tidak bijaksana, karena ternyata lowongan jabatan itu  diberikan kepada  orang Belanda yang kurang berpengalaman, sedang untuk jabatan itu ada orang  Betawi  yang  jauh lebih  berpengalaman dan pantas untuk jabatan itu. Tindakan pemerintah ini  mendapat  reaksi keras dari  fraksi  nasional. Bahkan mereka mengambil langkah melakukan pemogokan, ternyata  usaha  mereka berhasil dan pada  akhirnya  Muhammad  Husni  Thamrin  diangkat sebagai wakil walikota  Batavia.

     Dua tahun  sebelum  kejadian  di atas,  Muhammad  Husni Thamrin memang  telah  melangkahkan  kakinya  ke  medan perjuangan yang lebih berat, karena dia ditunjuk sebagai anggota lembaga yang lebih luas jangkauannya  dan lebih  tinggi  martabatnya.  Pada tahun  1927  ditunjuk sebagai  anggota  Volksraad untuk mengisi lowongan yang dinyatakan kosong oleh Gubernur  Jendral. Pada mulanya kedudukan itu ditawarkan kepada Hos Cokroaminoto tetapi ditolak. Kemudian ditawarkan lagi kepada Dr. Sutomo tetapi juga dia  menolak. Dengan penolakan kedua tokoh besar ini, maka dibentuklah suatu  panitia, yaitu panitia Dr. Sarjito yang akan memilih seorang yang dianggap pantas untuk  menduduki kursi Volksraad yang lowong. Panitia Dr. Sarjito akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Muhammad Husni Tharnrin. Alasan yang dikemukakannya ialah bahwa Muhammad Husni Thramrin cukup pantas menduduki kursi itu mengingat pengalamannya sebagai anggota Gemeenteraad.

     Pada tahun pengangkatannya sebagai anggota Volksraad, keadaan di Hindia Belanda mengalami perubahan  yang  sangat penting yakni adanya sikap pemerintah kolonial yang keras, lebih  bertangan  besi. Ini adalah salah satu akibat yang paling "buruk" yang lahir dari terjadinya  pemberontakan  1926 dan 1927. Akan tetapi di lain pihak ketika memasuki tahun 1927 itu pula, langkah pergerakan nasional kita juga mengalami perubahan sebagai akibat dari didirikannya PNI dan munculnya Bung Karno sebagai pemimpin utamanya.

     Ia dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Volksraad ("Dewan Rakyat") di Hindia Belanda, mewakili kelompok Inlanders ("pribumi"). Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia sepakbola Hindia Belanda (sekarang Indonesia), karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun 1932 untuk mendirikan lapangan sepakbola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah Petojo, Batavia (sekarang Jakarta).

     Pada tanggal 11 Januari 1941 Muhammad Husni Thamrin wafat, setelah sakit beberapa waktu lamanya. Akan tetapi beberapa saat sebelum kewafatannya, pemerintah kolonial telah melakukan  tindakan "sangat kasar" terhadap dirinya. Dalam keadaan sakit, ia harus menghadapi perlakuan kasar itu, yaitu rumahnya digeledah oleh polisi-polisi rahasia Belanda (PID). Ia memprotesnya, akan tetapi tidak diindahkan. Sejak itu rumahnya dijaga ketat oleh PID dan tak seorangpun dari rumahnya yang diperbolehkan meninggalkan rumah tanpa seizin polisi, juga termasuk anak  perempuannya yang masih juga tidak diperkenankan meninggalkan rumahnya, sekalipun utntuk pergi ke sekolah. Tindakan  polisi Belanda itu tentulah sangat menekan perasaannya dan menambah parah sakitnya. Wafatnya Muhammad Husni Thamrin tentulah sangat besar artinya bagi bangsa Indonesia. Bangsa  Indonesia telah kehilangan salah seorang pemimpinnya yang cerdas dan berwibawa

     Menurut laporan resmi, ia dinyatakan bunuh diri namun ada dugaan ia dibunuh. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Di saat pemakamannya, lebih dari 10000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.[5]

     Namanya diabadikan sebagai salah satu jalan protokol di Jakarta dan proyek perbaikan kampung besar-besaran di Jakarta ("Proyek MHT") pada tahun 1970-an .
eski pada mulanya dipandang sebagai tokoh kooperatif, pada akhirnya hayatnya justru Thamrin dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Thamrin tidak mengibarkan bendera Belanda di rumahnya pada ulang tahun Ratu Wilhelmina, 31 Agustus 1940.

Dalam suatu kesempatan, ia juga mempelesetkan JINTAN, obat kumur murah buatan Jepang, menjadi "Jenderal Japan Ini Nanti Toeloeng Anak Negeri". Selain itu, tokoh Jepang Kobajashi dipanjangkan menjadi "Koloni Orang Belanda akan Japan Ambil Seantero Indonesia". Ia dikenai tahanan rumah karena dianggap tidak setia kepada Belanda dan main mata dengan pihak Jepang.

Di rumahnya di jalan Sawah Besar No 32, Thamrin muntah-muntah dan demam mungkin karena gangguan ginjal, kecapaian dan malaria. Istrinya meminta Kapolri (1968-1971)
polisi agar mengizinkan kunjungan dokternya. Akhirnya sang dokter datang, tetapi sudah terlambat, tanggal 10 Januari 1941, suhu badan Thamrin sangat tinggi dan ia hampir tidak bisa bicara. Dokter memberi suntikan untuk menurunkan panasnya, namun penyakitnya tidak tertolong lagi, esok subuh ia meninggal.

Pada hari pemakamannya, dari rumahnya di Sawah Besar sampai ke kuburan Karet, lebih dari 20.000 orang mengantarkan jenazah tokoh Betawi itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Tahun 1960, Proklamator, Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1966)
Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai Lihat Daftar Pahlawan Nasional
pahlawan nasional.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/3789-politikus-yang-santun
Copyright © tokohindonesia.com
Meski pada mulanya dipandang sebagai tokoh kooperatif, pada akhirnya hayatnya justru Thamrin dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Thamrin tidak mengibarkan bendera Belanda di rumahnya pada ulang tahun Ratu Wilhelmina, 31 Agustus 1940.

Dalam suatu kesempatan, ia juga mempelesetkan JINTAN, obat kumur murah buatan Jepang, menjadi "Jenderal Japan Ini Nanti Toeloeng Anak Negeri". Selain itu, tokoh Jepang Kobajashi dipanjangkan menjadi "Koloni Orang Belanda akan Japan Ambil Seantero Indonesia". Ia dikenai tahanan rumah karena dianggap tidak setia kepada Belanda dan main mata dengan pihak Jepang.

Di rumahnya di jalan Sawah Besar No 32, Thamrin muntah-muntah dan demam mungkin karena gangguan ginjal, kecapaian dan malaria. Istrinya meminta Kapolri (1968-1971)
polisi agar mengizinkan kunjungan dokternya. Akhirnya sang dokter datang, tetapi sudah terlambat, tanggal 10 Januari 1941, suhu badan Thamrin sangat tinggi dan ia hampir tidak bisa bicara. Dokter memberi suntikan untuk menurunkan panasnya, namun penyakitnya tidak tertolong lagi, esok subuh ia meninggal.

Pada hari pemakamannya, dari rumahnya di Sawah Besar sampai ke kuburan Karet, lebih dari 20.000 orang mengantarkan jenazah tokoh Betawi itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Tahun 1960, Proklamator, Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1966)
Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai Lihat Daftar Pahlawan Nasional
pahlawan nasional.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/3789-politikus-yang-santun
Copyright © tokohindonesia.com
eski pada mulanya dipandang sebagai tokoh kooperatif, pada akhirnya hayatnya justru Thamrin dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Thamrin tidak mengibarkan bendera Belanda di rumahnya pada ulang tahun Ratu Wilhelmina, 31 Agustus 1940.

Dalam suatu kesempatan, ia juga mempelesetkan JINTAN, obat kumur murah buatan Jepang, menjadi "Jenderal Japan Ini Nanti Toeloeng Anak Negeri". Selain itu, tokoh Jepang Kobajashi dipanjangkan menjadi "Koloni Orang Belanda akan Japan Ambil Seantero Indonesia". Ia dikenai tahanan rumah karena dianggap tidak setia kepada Belanda dan main mata dengan pihak Jepang.

Di rumahnya di jalan Sawah Besar No 32, Thamrin muntah-muntah dan demam mungkin karena gangguan ginjal, kecapaian dan malaria. Istrinya meminta Kapolri (1968-1971)
polisi agar mengizinkan kunjungan dokternya. Akhirnya sang dokter datang, tetapi sudah terlambat, tanggal 10 Januari 1941, suhu badan Thamrin sangat tinggi dan ia hampir tidak bisa bicara. Dokter memberi suntikan untuk menurunkan panasnya, namun penyakitnya tidak tertolong lagi, esok subuh ia meninggal.

Pada hari pemakamannya, dari rumahnya di Sawah Besar sampai ke kuburan Karet, lebih dari 20.000 orang mengantarkan jenazah tokoh Betawi itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Tahun 1960, Proklamator, Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1966)
Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai Lihat Daftar Pahlawan Nasional
pahlawan nasional.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/3789-politikus-yang-santun
Copyright © tokohindonesia.com
eski pada mulanya dipandang sebagai tokoh kooperatif, pada akhirnya hayatnya justru Thamrin dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Thamrin tidak mengibarkan bendera Belanda di rumahnya pada ulang tahun Ratu Wilhelmina, 31 Agustus 1940.

Dalam suatu kesempatan, ia juga mempelesetkan JINTAN, obat kumur murah buatan Jepang, menjadi "Jenderal Japan Ini Nanti Toeloeng Anak Negeri". Selain itu, tokoh Jepang Kobajashi dipanjangkan menjadi "Koloni Orang Belanda akan Japan Ambil Seantero Indonesia". Ia dikenai tahanan rumah karena dianggap tidak setia kepada Belanda dan main mata dengan pihak Jepang.

Di rumahnya di jalan Sawah Besar No 32, Thamrin muntah-muntah dan demam mungkin karena gangguan ginjal, kecapaian dan malaria. Istrinya meminta Kapolri (1968-1971)
polisi agar mengizinkan kunjungan dokternya. Akhirnya sang dokter datang, tetapi sudah terlambat, tanggal 10 Januari 1941, suhu badan Thamrin sangat tinggi dan ia hampir tidak bisa bicara. Dokter memberi suntikan untuk menurunkan panasnya, namun penyakitnya tidak tertolong lagi, esok subuh ia meninggal.

Pada hari pemakamannya, dari rumahnya di Sawah Besar sampai ke kuburan Karet, lebih dari 20.000 orang mengantarkan jenazah tokoh Betawi itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Tahun 1960, Proklamator, Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1966)
Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai Lihat Daftar Pahlawan Nasional
pahlawan nasional.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/3789-politikus-yang-santun
Copyright © tokohindonesia.com
eski pada mulanya dipandang sebagai tokoh kooperatif, pada akhirnya hayatnya justru Thamrin dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Thamrin tidak mengibarkan bendera Belanda di rumahnya pada ulang tahun Ratu Wilhelmina, 31 Agustus 1940.

Dalam suatu kesempatan, ia juga mempelesetkan JINTAN, obat kumur murah buatan Jepang, menjadi "Jenderal Japan Ini Nanti Toeloeng Anak Negeri". Selain itu, tokoh Jepang Kobajashi dipanjangkan menjadi "Koloni Orang Belanda akan Japan Ambil Seantero Indonesia". Ia dikenai tahanan rumah karena dianggap tidak setia kepada Belanda dan main mata dengan pihak Jepang.

Di rumahnya di jalan Sawah Besar No 32, Thamrin muntah-muntah dan demam mungkin karena gangguan ginjal, kecapaian dan malaria. Istrinya meminta Kapolri (1968-1971)
polisi agar mengizinkan kunjungan dokternya. Akhirnya sang dokter datang, tetapi sudah terlambat, tanggal 10 Januari 1941, suhu badan Thamrin sangat tinggi dan ia hampir tidak bisa bicara. Dokter memberi suntikan untuk menurunkan panasnya, namun penyakitnya tidak tertolong lagi, esok subuh ia meninggal.

Pada hari pemakamannya, dari rumahnya di Sawah Besar sampai ke kuburan Karet, lebih dari 20.000 orang mengantarkan jenazah tokoh Betawi itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Tahun 1960, Proklamator, Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1966)
Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai Lihat Daftar Pahlawan Nasional
pahlawan nasional.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/3789-politikus-yang-santun
Copyright © tokohindonesia.com

Museum MH. Thamrin


  Gedung MH. Thamrin dibangun sejak abad ke-19. MH. Thamrin membeli gedung ini dari seorang Belanda bernama Meneer De Has kemudian dihibahkan untuk kepentingan kaum pergerakan kepada organisasi PPPKI (Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) dan diberi nama Gedung Pemufakatan Indonesia.

     Gedung yang beralamat di Jalan Kenari II No 15 Jakarta Pusat ini selain sebagai tempat rapat-rapat dan musyawarah menuju kemerdekaan Republik Indonesia, juga mempunyai peranan penting dengan lahirnya lagu kebangsaan Indonesia yang konsepnya dibuat di gedung ini oleh WR. Supratman. Setelah kemerdekaan, pada tahun 1960-1964 gedung MH. Thamrin dipergunakan sebagai tempat pendidikan Kepamong-Prajaan dan pada malam hari tahun 1966-1977 sebagai tempat kuliah Universitas Jakarta (sekarang UNJ), kemudian siang harinya untuk belajar siswa-siswi SMA hingga 1984.

     Pada masa Gubernur R. Suprapto, gedung ini dipugar sebagaimana aslinya dan difungsikan untuk berbagai kegiatan kaum Betawi. Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Museum dan Sejarah menjadikan gedung ini sebagai bagian dari Museum Joang 45 dengan peranan mendokumentasikan perjuangan MH Thamrin.

     Moehammad Hoesni Thamrin adalah seorang putra Betawi yang lahir di Sawah Besar pada tanggal 16 Februari 1894, dibesarkan di lingkungan yang taat pada agama Islam. Sampai meninggalnya pada tanggal 11 Januari 1941, MH. Thamrin telah banyak berjasa kepada bangsa dan negara. Maka atas jasa-jasanya beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, dan namanya diabadikan sebagai nama jalan yang sekarang lebih terkenal di Jakarta dari pada Gedung atau Museum yang banyak meninggalkan jejak-jejak perjuangannya.

     Museum MH. Thamrin menyimpan banyak koleksi foto-foto kiprah perjuangannya, dan foto suasana kota Jakarta tempo dulu. Ada juga koleksi radio yang dulu digunakan oleh MH. Thamrin, blankon, piring hias, meja kursi, dan kepustakaan yang meliputi buku-buku naskah tentang Mohammad Hoesni Thamrin dan pidato-pidatonya di Volksraad.

  • Lokasi Museum MH. Thamrin 
Jalan Kenari II No.15
Kenari, Senen
Jakarta Pusat
DKI Jakarta 10430, Indonesia

Riwayat dan Koleksi Museum MH Thamrin

  •  Riwayat Museum MH Thamrin 

     
    Memasuki awal abad ke-20, pemerintah kolonial mengembangkan prasarana kota Batavia dengan membangun gedung-gedung untuk rumah tinggal, kantor, dan pelayanan masyarakat, termasuk bangunan yang kemudian dibeli oleh Mohammad Husni Thamrin dan dihibahkan untuk kegiatan pergerakan nasional Indonesia menuju kemerdekaan, lepas dari belenggu penjajahan Belanda. Gedung ini menjadi Sekretariat Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) sehingga dikenal dengan Gedung Permufakatan.

    Gedung ini tempat disemaikan semangat kebangsaan, perlawanan terhadap penjajahan. Di sini dilakukan rapat-rapat pergerakan nasional, kongres rakyat Indonesia, pertunjukan sandiwara, kursus-kursus, kegiatan bazar, dan lainnya. Gedung ini diamanatkan untuk perjuangan menuju kemerdekaan. Para tokoh pemimpinan bangsa periode pergerakan nasional selalu memanfaatkan gedung ini. Gedung ini mempunyai peranan yang sangat besar dalam menegakkan semangat perjuangan melawan penjajah terutama setelah tokoh-tokoh pergerakan nasional nonkooperatif ditangkap di seluruh Indonesia.



  • Koleksi Yang Dimiliki


  1.  Foto-foto reproduksi tentang kiprah perjuangan Mohammad Husni Thamrin dan pergerakan nasional Indonesia.
  2.  Foto-foto reproduksi suasana kota Jakarta pada zaman Mohammad Husni Thamrin.
  3.  Lukisan tentang Mohammad Husni Thamrin
  4.  Radio yang digunakan Mohammad Husni Thamrin untuk mendengarkan siaran dari NIROM maupun dari luar negeri
  5.  Bale-bale tempat pembaringan terakhir jenazah Mohammad Husni Thamrin
  6.  Lemari pakaian peninggalan Mohammad Husni Thamrin
  7.  Kursi
  8.  Piring hias
  9.  Blangkon
  10.  Kepustakaan meliputi buku-buku naskah tentang Mohammad Husni Thamrin dan pidata-pidatonya di Volksraad

       Dalam pengembangan museum ke depan dimana ada penambahan koleksi, direncanakan akan diperkaya dengan koleksi-koleksi pergerakan nasional lainnya. Bagi masyarakat yang ingin menyumbangkan koleksi yang relevan dengan kiprah Mohammad Husni Thamrin dalam pergerakan nasional, Museum MH Thamrin sangat menyambut gembira dan menghargai dengan tulus.


  • Aktivitas
  1. Pelayanan informasi perjuangan Mohammad Husni Thamrin dan pergerakan nasional.
  2. Penelitian tentang Mohammad Husni Thamrin dan pergerakan nasional.
  3. Menyelenggarakan lomba-lomba untuk pelajar dan mahasiswa.
  4. Menyelenggarakan seminar, napak tilas dan pertunjukan sandiwara tentang Mohammad Husni Thamrin dan pergerakan nasional.

  • Fasilitas
  1. Ruang pertemuan/aula yang luas dan ber-AC, layak untuk seminar, lokakarya, diskusi, dengan daya tampung sekitar 250 orang.
  2. Halaman depan yang asri layak untuk resepsi taman, bazar, dan pagelaran seni.

Sumber: Brosur 'Gedung Mohammad Husni Thamrin: Berjuang untuk Rakyat' (Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2003)

Galeri foto Museum Mohammad Hoesni Thamrin

Mohammad Hoesni Thamrin

  
Kata Bijak Mohammad Hoesni Thamrin

Istri Mohammad Hoesni Thamrin

 Pidato MH. Thamrin

 Keberanian MH. Thamrin dalam berbicara

Suasana rapat Gementee raad (Dewan Kotapraja)



Sepeda Ontel yang ada pada masa MH. Thamrin


Video: Sejarah Indonesia

Sejarah Indonesia





Mempelajari sejarah sebagian dari kebesaran bangsa.